LAPORAN
PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI
BRYOPHYTA
Dosen
Pengampu : Prasetiyo M.Pd
Di
Susun Oleh :
Elisa
Yulianingsih
(12320154)
2E
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDKAN MATEMATIKA DAN
ILMU
PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
PRAKTIKUM IDENTIFIKASI BRYOPHYTA
A.
Tujuan
1. Mengidentifikasi
ciri morfologi dan anatomi spesies Bryophyta.
2. Mengklasifikasikan
spesies Bryophyta berdasarkan ciri morfologi dan anatominya.
B. Manfaat
1. Mengetahui
ciri morfologi dan anatomi Bryophyta pada
masing – masing spesies
2. Mengetahui
klasifikasi Bryophyta masing-masing spesies.
C.
Tinjauan
pustaka
Bryophyta belum
memiliki akar, daun, dan batang yang jelas. Struktur mirip akar pada Bryophyta
disebut rhizoid. Rhizoid membawa air dan nutrisi ke seluruh jaringan. Akan
tetapi, rhizoid tidak memiliki pembuluh untuk mendistribusikan air dan nutrisi
tersebut. Oleh karena itu, lumut dimasukkan ke dalam jenis tumbuhan tak
berpembuluh. Difusi air dan nutrisi pada lumut terjadi secara lambat melalui
jaringan di tubuh lumut yang saling berhubungan. Oleh karena itu, ukuran tubuh
mereka terbatas, hanya kurang dari 2 cm tingginya. Pada divisio Bryophyta, kita
belum dapat membedakan membedakan antara daun, batang, dan akarnya. Akan
tetapi, Bryophyta telah memiliki klorofil untuk proses fotosintesisnya sehingga
digolongkan ke dalam Regnum Plantae.
Tumbuhan lumut
merupakan tumbuhan peralihan dari air ke daratan. Pada waktu berkembang biak, lumut masih
memerlukan air, sperma memiliki flagela dan harus berenang dari anteridium ke
arkegonium untuk membuahi sel telur. Pada beberapa spesies lumut, setetes air
hujan atau embun sudah cukup untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Dengan
demikian, beberapa spesies lumut dapat hidup di gurun. Sebagian besar lumut
tidak memiliki pembuluh (ada lumut tertentu yang memiliki sel pengangkut air
yang memanjang), maka ketika air mengalir pada permukaan hamparan lumut, air
akan meresap dan menyerap ke seluruh tubuh tumbuhan melalui proses difusi yang
relatif lambat. Oleh karena itu, habitat yang umum untuk lumut adalah yang
teduh dan lembap. Lumut dapat merentang secara horizontal sebagai hamparan di
atas permukaan yang luas, tetapi tingginya hanya 1-2 cm, paling tinggi umumnya
kurang dari 20 cm. Dalam siklus hidupnya lumut mengalami pergiliran keturunan
(generasi) haploid dan diploid.
Bryophyta
mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gametofit dan sporofit.
Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari. Dalam siklus
hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase sporofitnya. Hal ini
bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh (akan di bahas pada subbab selanjutnya)
yang memiliki fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan fase gametofit.
Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin). Fase sporofit
merupakan lumut yang berada dalam keadaan menghasilkan spora. Dalam siklus
hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase sporofitnya. Hal ini
bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh (akan di bahas pada subbab
selanjutnya) yang memiliki fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan fase
gametofit.
Bryophyta
bereproduksi secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi melalui pembentukan spora. Spora ini dihasilkan dari
sporangium (kotak spora) melalui pembelahan secara meiosis. Spora yang
dihasilkan adalah spora haploid (n). Spora ini kemudian akan tumbuh menjadi
protonema. Adapun reproduksi secara seksual Bryophyta, yaitu dengan cara
penyatuan gamet betina yang dihasilkan arkegonia berupa sel telur dan gamet
jantan yang dihasilkan oleh antheridia berupa sperma. Sperma bergerak menuju
sel telur di arkegonia dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan sperma
menyebabkan terjadinya fertiliasi yang menghasilkan zigot. Zigot membelah
secara mitosis menjadi protonema. Protonema terus berkembang menjadi sporofit
yang diploid (2n). Berikut bagan daur
hidup lumut:
Semua lumut
merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak berpembuluh, tetapi sudah
memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun akarnya masih berupa
rizoid. Maka lumut dianggap sebagai peralihan antara tumbuhan thallus ke
tumbuhan berkormus, karena memiliki ciri thallus berupa rizoid dan kormus yang
telah menampakkan adanya bagian batang dan daun. Bryophyta tidak memiliki
jaringan yang diperkuat oleh lignin, oleh karenanya memiliki profil yang
rendah, tingginya hanya 1–2 cm dan yang paling besar tingginya tidak lebih dari
20 cm.
Kondisi dasar
hutan yang basah dan lembap di hutan hujan tropis merupakan habitat yang sangat
cocok untuk habitat Bryophyta. Indonesia memiliki iklim tropis dan memiliki
hutan hujan
tropis
yang sangat luas, sehingga dapat menampung cukup banyak spesies anggota
Bryophyta. Kurang lebih 1.500 spesies Bryophyta terdapat di Indonesia.
Bryophyta
(tumbuhan lumut) dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
A.
Lumut
Hati (Hepaticeae)
Gambar
lumut hati(hepaticeae)
Ciri-ciri lumut hati antara lain sebagai berikut:
Ciri-ciri lumut hati antara lain sebagai berikut:
Ø Ciri-ciri morfologi gametofit Hepaticee:
·
Bentuk
tubuh berupa lembaran dan banyak lekukan atau tepi bercuping (membelah dua).
·
Memiliki
struktur serupa akar (rizoid), batang dan daun (filoid).
·
Mempunyai
urat daun.
Ø Ciri-ciri anatomi gametofit Hepaticeae:
· Memiliki struktur higromorf, yaitu: dalam tubuhnya mempunyai
rongga-rongga udara.
· Memiliki struktur xeromorf, yaitu: dalam tubuh terdapat alat
penyimpan air
· Mempunyai sel-sel minyak, berupa tetes minyak atsiri yang berfungsi
mencegah terakumulasinya air berlebihan yang dapat merusak lumut.
· Daun hepaticeae mempunyai lobul-lobul untuk menyerap air.
· Dnding sel mengalami penebalan anguler( penebalan pada bagian
sudut).
Ø Informasi tambahan gametofit Hepaticeae:
· Hidup di tempat dengan kelembaban tinggi dan tidak menerima sinar
matahari langsung, misalnya : hutan, tepi sungai,di rawa.
· Berwarna hijau.
Ø Ciri- ciri morfologi sporofit Hepaticeae:
· Sporofit terdiri dari bagian kaki, tangkai (seta), dan kapsul.
Ø Cirri – cirri anatomi sporofit Hepaticeae:
· Sel – sel pada sporofit tidak berkloroplas.
· Masa hidup sporofit sangat singkat karena bersifat fragile (
rapuh).
· Spora yang berkecambah hanya berkembang menjadi suatu buluh yang
pendek atau boleh dikatakan lumut hati tidak membentuk protonema.
·
Reproduksi
pada lumut hati terjadi secara:
a.
Aseksual
:
Ø Fragmentasi : cabang-cabang yang bebas dapat tumbuh menjadi
individu baru.
Ø Pembentukan kuncup eram, yang disebut dengan gemma, contoh: pada
Marchanthia, ,
Lunularia dan Blasia
Ø Pembentukan tunas-tunas cabang, contoh Riccia fluitan, Targionia dan Reboulia
Ø Pembentukan umbi ( tuber), contohnya Petalophyllum, Anthoceros.
Ø Penebalan ujung talus, contohnya Anthalamia,
b.
Seksual
: peleburan dua gamet yang berbeda.
·
Lumut
hati mengalami metagenesis ( pergiliran keturunan)
Berikut bagan metagenesis lumut hati:
Hepaticeae dibagi menjadi:
1. Ordo Marchantiales
Ciri –ciri :
ü Gametofit berupa talus sederhana
ü Struktur anatomi talus
memperlihatkan difrensiasi jaringan, ada ruang udara dan poros.
ü Gametangium letaknya tenggelam
didalam talus, arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher.
ü Sporofit terdiri dari kapsul saja atau terdiri
dari kaki, seta dan kapsul
Ordo Marchantiales terdiri 6 famili yaitu
• Famili Ricciaceae contohnya Riccia fluitan
• Famili Corsiania contohnya Corsinia
• Famili Targoniaceae contohnya Targonia
• Famili Marchantiaceae contohnya Marchantia
• Famili Monocleaceae contohnya Monoclea
• Famili Monocarpaceae contohnya Monocarpa
Ordo Marchantiales terdiri 6 famili yaitu
• Famili Ricciaceae contohnya Riccia fluitan
• Famili Corsiania contohnya Corsinia
• Famili Targoniaceae contohnya Targonia
• Famili Marchantiaceae contohnya Marchantia
• Famili Monocleaceae contohnya Monoclea
• Famili Monocarpaceae contohnya Monocarpa
2. Ordo Spaerocarpales
Ciri-ciri :
Ciri-ciri :
ü Gametofit berupa talus sederhana
ü Struktur anatomi talus tidak
memperlihatkan difrensiasi jaringan, tidak ada ruang udara dan poros.
ü Gametangium diselubungi involukrum,
arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher.
ü Sporofit terdiri dari kaki, seta dan kapsul
Contohnya Spaerocarpa
Contohnya Spaerocarpa
3.Ordo Jungermanniales
Ciri-ciri :
Ciri-ciri :
ü Gametofit berupa talus sederhana,
ü Arkegonium diselubungi involukrum
dan mempunyai 5 sel saluran leher
ü Sporofit terdiri dari kapsul saja atau terdiri
dari kaki, seta dan kapsul.
ü Subordo Metzgerineae atau
Anacrogynae
Memuat golongan yang masih berupa talus sederhana, bentuknya seperti pita dan dorsiventral. Sporofit terletak disisi dorsal dan diliputi involukrum.
Memuat golongan yang masih berupa talus sederhana, bentuknya seperti pita dan dorsiventral. Sporofit terletak disisi dorsal dan diliputi involukrum.
ü Terdiri 7 famili yaitu :
• Famili Riccardiaceae contohnya Riccardia
• Famili Pelliaceae contohnya Pellia
• Famili Treubiaceae contohnya Treubia
• Famili Fossombroniaceae contohnya Fossombronia
• Famili Pallaviciniaceae contohnya Pallavicinia
• Famili Blasiaceae contohnya Blasias
• Famili Metzgeriaceae contohnya Metzgeria
Subordo Jungermannineae atau Accrogynae
Memuat golongan yang talusnya menyerupai batang dengan daun-daun menyerupai batang dengan daun tersusun dalam 3 deretan yaitu 2 deretan daun samping (daun lateral) dan satu deretan daun ventral (amfigastrum). Daun samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan lobus ventral. Daun yang melindungi aarkegonium disebut periketium atau periantium, sedang daun yang melindungi anteridium disebut Perigonium. Contoh. Jungermannia, Madontheca
Ordo Calobryales
Ciri-ciri
• Gametangium tidak mempunyai batang dengan daun-daun yang tersusun dalam 3 baris
• Gametangium terbenuk diujung batan, arkegonium mempunyai 4 sel saluran leher
• Sporofit terdiri dari kapsul saja
Contohnya Calobryum, Haplomitrium
• Famili Riccardiaceae contohnya Riccardia
• Famili Pelliaceae contohnya Pellia
• Famili Treubiaceae contohnya Treubia
• Famili Fossombroniaceae contohnya Fossombronia
• Famili Pallaviciniaceae contohnya Pallavicinia
• Famili Blasiaceae contohnya Blasias
• Famili Metzgeriaceae contohnya Metzgeria
Subordo Jungermannineae atau Accrogynae
Memuat golongan yang talusnya menyerupai batang dengan daun-daun menyerupai batang dengan daun tersusun dalam 3 deretan yaitu 2 deretan daun samping (daun lateral) dan satu deretan daun ventral (amfigastrum). Daun samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan lobus ventral. Daun yang melindungi aarkegonium disebut periketium atau periantium, sedang daun yang melindungi anteridium disebut Perigonium. Contoh. Jungermannia, Madontheca
Ordo Calobryales
Ciri-ciri
• Gametangium tidak mempunyai batang dengan daun-daun yang tersusun dalam 3 baris
• Gametangium terbenuk diujung batan, arkegonium mempunyai 4 sel saluran leher
• Sporofit terdiri dari kapsul saja
Contohnya Calobryum, Haplomitrium
B.
Lumut
Tanduk ( Anthocerotae)
Gambar
lumut tanduk ( Anthocerotae)
Ciri-ciri lumut tanduk antara lain sebagai berikut:
Ø Cirri cirri morfologi gametofit Anthocerotae:
· Gametofit berbentuk lembaran yang
bertoreh.
· Gametofit dan sporofit menyatu.
· Gametangia( antheridium dan
archegonium) terdapat dalam lekukan pada
sisi dorsal.
Ø Ciri ciri anatomi gametofit Anthocerotae:
· Ada yang homotalik ( berumah dua)
dan ada yang heterotalik (berumah satu).
· Tiap sel mengandung satu kloroplas
dengan satu pirenoid yang besar.
· Pada bagian bawah talus( ventral )
terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbntuk seperti ginjal.
· Memiliki minyak yang berfungsi
mencegah terakumulasinya air secara berlebihan yang akan merusak lumut.
· Ada yang homotalik ( berumah dua)
dan ada yang heterotalik (berumah satu).
· Stoma berisi lendir.
Ø Ciri-ciri tambahan gametofit Anthocerotae:
· Hidup di tempat lembab, seperti di tepi sungai dan danau.
· Gametofit dan sporofit berwarna
hijau.
Ø Ciri- ciri sporofit Anthocerotae:
· Sporofit berbentuk pipa memanjang ke atas,
seperti tanduk. Di dalam “tanduk” dihasilkan spora.
· sporogonium terdiri atas kaki dan
kapsul saja, tanpa seta. Kapsul berbentuk tanduk yang jika masak akan membelah
secara membujur, sporofit membuka dari atas.
· Bagian pangkal sporofit membesar.
· Spora berkecambah tidak membentuk
protonema.
·
TermasUk
tumbuhan uniseksual, jadi berkembang biak secara seksual maupun aseksual.
Terdiri 1 ordo yaitu Ordo
Anthocerotales. Contohnya : Anthoceros, Phaeoceros, Megaceros dan Denroceros .
C.
Lumut Daun ( Musci )
Ciri- ciri Lumut Daun ( Musci ) sebagai berikut:
Ø
Cirri-ciri morfologi Musci:
·
Memiliki daun semu ( filoid
) dan batang semu ( kauloid ) yang tumbuh tegak. Pada bagian ujung batang
terdapat pembentuk sl kelamin ( antheridium dan archegonium ).
·
Mempunyai akar semu (
rizoid ) untuk menempl pada tempat hidupnya.
·
Musci yang hidup di tempat
yang berair banyak tidak memiliki kutikula yang tebal , agar tidak terjadi
penguapan secara berlebihan.
·
Sporofit dan gametofit
menyatu.
·
Lumut daun bersifat homotalik
dan heterotalik.
Pada lumut daun yg homotalik
dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1.
Paroisis (paroicous), anteridia dan arkegonia terletak pada cabang yg sama
tapi dalam kelompok yang berbeda
2.
Autoisis (autoicous), bila anteridia dan arkegonia terletak pada cabang yang
berbeda
3.
Sinosis (sinoicous), apabila anteridia dan arkegonia terletak pada kelompok dan
cabang yang sama.
Ø
Ciri- ciri sporofit Musci:
·
Spora lumut daun di tempat
yang cocok berkecambah membentuk protonema, yang terdiri dari benang-benang
berwarna hijau, banyak bercabang- cabang.
·
Sporogonium terdiri atas
kaki, seta dan kapsul.
Kapsul lumut daun dibedakan
menjadi bagian-bagian yang disebut :
1.
Apofise, yang merupakan penggelembungan ujung seta.
2.
Kotak atau teka, di dalamnya dibentuk spora.
3.
Tutup atau operkulum, ini tidak selalu ada pada lumut daun, antara tutup dan
dinding kotak terdapat annulus.
Ø Informasi tambahan:
·
Lumut daun dapat ditemukan
ditempat lembab, tetapi ada juga ditempat yang kering seperti diatas pasir dan
batu cadas. Ada juga yang terdapat di
batang dan cabang pohon.
·
Gametofit berwarna hijau.
·
Sporofit berwarna coklat.
Musci dibagi dalam 3 ordo yaitu : Sphagnales, Andreales dan
Bryales.
a.
Ordo Andriales
Ordo Andreales hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaeceae,
dengan satu marga Andreaea.
Ciri-ciri:
§ Daun ( filoid ) lebat tersusun spiral.
§ Protonema berbentuk pita yang bercabang-cabang.
§ Gametangium ( antheridium dan archegonium ) terdapat pada ujung
cabang.
§ Spora mempunyai tangkai ( seta/ sporangiofor), dan kapsul yang
memiliki kolumela.
§ Kapsul spora diselubungi dengan kaliptra yang jika sudah masak
pecah menjadi 4 katup-katup.
b.
Ordo Sphagnales
Ordo Sphagnales terdiri atas satu suku yaitu: Sphagnaceae, dan satu
marga Sphagnum.
§ Hidup di tempat berawa- rawa membentuk rumpun atau bantalan.
§ Bagian atas tiap tahun bertambah luas, bagian bawah yang ada pada
air mati membentuk gambut.
§ Protonema tidak berbentuk benang, melainkan suatu badan berbentuk
daun kecil, dengan tepi bertoreh, hanya
terdiri dari satu sel saja.
§ Batangnya banyak bercabang-cabang, cabang muda tumbuh tegak dan
membentuk roset pada ujungnya. Daun yang tua terkulai menjadi pembalut bagian
bawah batang.
§ Kulit batang terdiri dari selapis sel-sel yang mati dan kosong. Bersifat
spons dapat menyerap air.
§ Sporogonium hanya membentuk tangkai pendek dengan kaki yang
membesar.
§ Kapsul spora berbentuk bulat, di dalamnya terdapat kolumela
berbentuk setengah bola diselubungi oleh jaringan sporogen.
c.
Ordo Bryales
Ciri-ciri:
§ Kapsul spora telah mengalami diferensiasi yang maju.
§ Sporangium bertangkai yang
dinamakan seta di mana pangkalnya tertanam dalam jaringan tumbuhan
gametofitnya.
§ Bagian atas seta dinamakan apofisis.
§ Di dalam kapsul spora terdapat ruang-ruang spora yang dipisahkan
oleh jaringan kolumela.
§ Bagian atas dinding kapsul
spora terdapat tutup (operculum), yang tepinya terdapat lingkaran sempit
disebut cincin.
§ Sel-sel cincin ini
mengandung lendir sehingga dapat mengembang dan menyebabkan terbukanya
operculum.
§ Di bawah operculum terdapat gigi-gigi peristom.
D.
Alat dan Bahan
Alat :
1.
Lup
2.
Alat
tulis
3.
Gambar
pembanding
4.
Mikroskop
5.
Cutter
6.
Pipet
tetes
Bahan :
1.
Lumut
hati
2.
Lumut
tanduk
3.
Lumut
daun.
4.
Air
E.
Langkah kerja:
Ø Pengamatan morfologi:
1.
Datang ke lokasi yang sudah ditentukan untuk
melakukan pengamatan.
2.
Cari
sample lumut di lokasi pengamatan.
3.
Bandingkan sample lumut yang ditemukan dengan
gambar pembanding untuk mengetahui termasuk pada kelas apa sample lumut yang
ditemukan.
4.
Identifikasi
ciri-ciri morfologi lumut yang ditemukan.
v Pengamatan anatomi:
1.
Ambil
sample lumut dari lapangan untuk diamati di laboratorium.
a)
Pengamatan
gametofit Hepaticeae:
§ Ambil sample lumut Hepaticeae.
§ Potong bagian gametofit yang akan diamati dengan cutter.
§ Taruh potongan gametofit lumut Hepaticeae pada kaca preparat.
§ Ambil air dengan pipet tetes, lalu teteskan satu tetes air pada
kaca preparat yang terdapat gametofit Hepaticeae yang akan diamati.
§ Tutup obyek pengamatan yang ada pada kaca preparat dengan cover
glass.
§ Amati sample gametofit lumut Hepaticeae dengan mikroskop.
§ Catat dan ambil foto hasil pengamatan.
b)
Pengamatan
gametofit Anthocerotae:
§ Ambil sample lumut Anthocerotae.
§ Potong bagian gametofit Anthocerotae yang akan diamati dengan
cutter.
§ Taruh potongan gametofit lumut Anthocerotae pada kaca preparat.
§ Ambil air dengan pipet tetes, lalu teteskan satu tetes air pada
kaca preparat yang terdapat gametofit Anthocerotae yang akan diamati.
§ Tutup obyek pengamatan yang ada pada kaca preparat dengan cover
glass.
§ Amati sample gametofit lumut Anthocerotae dengan mikroskop.
§ Catat dan ambil foto hasil pengamatan.
c)
Pengamatan
sporofit Anthocerotae:
§ Ambil sample lumut Anthocerotae.
§ Potong bagian sporofit Anthocerotae yang akan diamati dengan
cutter.
§ Taruh potongan sporofit lumut Anthocerotae pada kaca preparat.
§ Ambil air dengan pipet tetes, lalu teteskan satu tetes air pada
kaca preparat yang terdapat sporofit Anthocerotae yang akan diamati.
§ Tutup obyek pengamatan yang ada pada kaca preparat dengan cover
glass.
§ Amati sample sporofit lumut Anthocerotae dengan mikroskop.
§ Catat dan ambil foto hasil pengamatan.
d)
Pengamatan
gametofit Musci:
§ Ambil sample lumut Musci.
§ Potong bagian gametofit musci, yaitu bagian batangnya secara
melintang dengan cutter.
§ Taruh potongan gametofit musci pada kaca preparat.
§ Ambil air dengan pipet tetes, lalu teteskan satu tetes air pada
kaca preparat yang terdapat gametofit musci yang akan diamati.
§ Tutup obyek pengamatan yang ada pada kaca preparat dengan cover
glass.
§ Amati sample gametofit lumut Musci dengan mikroskop.
§ Catat dan ambil foto hasil pengamatan.
e)
Pengamatan
sporofit Musci:
§ Ambil sample lumut Anthocerotae.
§ Potong bagian sporofit Musci, yaitu bagian kapsul spora yang akan
diamati dengan cutter.
§ Taruh potongan sporofit Musci pada kaca preparat.
§ Ambil air dengan pipet tetes, lalu teteskan satu tetes air pada
kaca preparat yang terdapat sporofit lumut Musci yang akan diamati.
§ Tutup obyek pengamatan yang ada pada kaca preparat dengan cover
glass.
§ Amati sample sporofit lumut Musci dengan mikroskop.
§ Catat dan ambil foto hasil pengamatan.
2.
Susun
klasifikasi lumut yang diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi dan anatomi
masing-masing spesies.
F.
Hasil Pengamatan
v Pengamatan morfologi :
1.
Hepaticeae:
Keterangan :
- Berwarna hijau
- Belum jelas bagian daun dan batangnya
- Berbentuk lembaran dengan tepi bercuping (dikotom)
2.
Anthocerotae:
Keterangan :
- Gametofit dan sporofit berwarna hijau
- Belum jelas bagian daun dan batangnya
- Gametofit berbentuk lembaran dengan tepi bertoreh
- Sporofit melekat pada gametofit
- Sporogonium terdiri dari kaki dan seta tanpa kapsul
3.
Musci
Keterangan :
- Gametofit berwarna hijau
- Memiliki daun dan batang
yang tumbuh tegak
- Sporofit berwarna coklat.
- Sporofit melekat pada gametofit.
- Sporogonium terdiri dari bagian kaki, seta, dan kapsul.
v Pengamatan anatomi:
1.
Gametofit
Hepaticeae:
Foto hasil pengamatan
Sel berbentuk
segi 5/ 6 tak beraturan
|
Keterangan :
- Sel-sel penyusunnya berwarna hijau
- Sel berbentuk segi 5 / 6 tak beraturan
- Dinding sel mengalami penebalan
2.
Gametofit
Anthocerotae:
Sel berbentuk
segi 5
|
Keterangan:
- Sel –sel penyusunnya berwarna hijau.
- Sel berbentuk segi lima
3.
Sporofit
Anthocerotae:
Spora berbentuk
oval
|
Keterangan :
-
Spora
berbentuk oval atau bulat telur.
-
Sel
spora berwarna hijau transparan.
4.
Sel berbentuk
bulat sempurna
|
Ruang kosong
pembuluh angkut
|
Keterangan :
-
Bentuk
sel bulat.
-
Sel
berwarna hijau transparan.
-
Terdapat
ruang kosong pembuluh angkut.
5.
Sporofit
Musci:
Spora musci
Bentuk spora
bulat sempurna
|
Sel sporangium berbentuk
memanjang
|
Keterangan :
-
Bentuk
sel sporangium memanjang.
-
Sel
sporangium berwarna hijau.
-
Sel
spora berbentuk bulat sempurna.
-
Sel
spora berwarna hijau kekuningan.
G.
Pembahasan
v Pengamatan morfologi dan anatomi gametofit
Hepaticeae:
Percabangan
dikotom
|
Ciri-ciri morfologi Hepaticeae:
- Berwarna hijau
- Belum jelas bagian daun dan batangnya
- Berbentuk lembaran dengan tepi bercuping (dikotom)
Sel berbentuk
segi 5/6 tidak baeraturan
|
Ciri-ciri anatomi gametofit Hepaticeae:
- Sel-sel penyusunnya berwarna hijau
- Sel berbentuk segi 5 / 6 tak beraturan
- Dinding sel mengalami penebalan
Klasifikasi Hepaticeae:
Kingdom:
Plantae
Divisio : Pterdophyta
Kelas : Hepaticosida
Ordo : Hepaticoceales
Family : Hepaticoceae
Genus : Hepaticopsida
Spesies : Hepaticopsida sp
Divisio : Pterdophyta
Kelas : Hepaticosida
Ordo : Hepaticoceales
Family : Hepaticoceae
Genus : Hepaticopsida
Spesies : Hepaticopsida sp
v Pengamatan morfologi dan anatomi
Anthocerotae:
Ciri – ciri morfologi Anthocerotae:
- Gametofit dan sporofit berwarna hijau
- Belum jelas bagian daun dan batangnya
- Gametofit berbentuk lembaran dengan tepi bertoreh
- Sporofit melekat pada gametofit
- Sporogonium terdiri dari kaki dan seta tanpa kapsul
Sel berbentuk
segi 5
|
Ciri – ciri anatomi gametofit Anthocerotae:
- Sel –sel penyusunnya berwarna hijau.
- Sel berbentuk segi lima
Spora berbentuk
oval
|
Ciri- ciri anatomi spora Anthocerotae:
-
Spora
berbentuk oval atau bulat telur.
-
Sel
spora berwarna hijau transparan.
Klasifikasi Anthocerotae:
Kingdom:
Plantae
Divisio : Pterdophyta
Kelas : Antheceroptopsida
Ordo : Antheceroptoceales
Family : Antheceroptoceae
Genus : Antheceroptopsida
Spesies: Antheceroptopsida sp
Divisio : Pterdophyta
Kelas : Antheceroptopsida
Ordo : Antheceroptoceales
Family : Antheceroptoceae
Genus : Antheceroptopsida
Spesies: Antheceroptopsida sp
v Pengamatan morfologi dan anatomi Musci
Ciri – ciri morfologi musci:
- Gametofit berwarna hijau
- Memiliki daun dan batang
yang tumbuh tegak
- Sporofit berwarna coklat.
- Sporofit melekat pada gametofit.
-
Ruang kosong
pembuluh angkut
|
Sel berbentuk
bulat
|
Ciri – ciri anatomi musci:
-
Bentuk
sel bulat.
-
Sel
berwarna hijau transparan.
-
Terdapat
ruang kosong pembuluh angkut.
Spora berbentuk
|
Sel sporangium
berbentuk memanjang
|
Ciri – ciri anatomi sporofit Musci:
-
Bentuk
sel sporangium memanjang.
-
Sel
sporangium berwarna hijau.
-
Sel
spora berbentuk bulat sempurna.
-
Sel
spora berwarna hijau kekuningan.
Klasifikasi Musci :
Kingdom : Plantae
Division : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Bryopceales
Family : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Spesies : Bryopsida sp
Division : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Bryopceales
Family : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Spesies : Bryopsida sp
H.
Kesimpulan
1.
Sel
gametofit Hepaticeae dan Anthocerotae berbentuk segi enam, keduanya mempunyai
bentuk yang sama karena struktur morfologi gametofit Hepaticeae dan
Anthocerotae mempunyai bentuk yang hampir sama yaitu berbentuk lembaran.
Sehingga pada bentuk sel penyusun Hepaticeae dan Anthocerotae mempunyai kesamaan.
2.
Sel
gametofit Hepaticeae dan Anthocerotae berwarna hijau menunjukkan pada gametofit
Hepaticeae dan Anthocerotae mengandung kloroplas.
3.
Sel
gametofit Hepaticeae terlihat mengalami penebalan pada dinding selnya, pada sel
gametofit Anthocerotae belum mengalami penebalan pada dinding selnya.
4.
Spora
pada Anthocerotae berbentuk oval atau bulat telur dan berwarna hijau.
5.
Bentuk
sel pada gametofit Musci berbeda dengan bentuk sel gametofit Hepaticeae dan
Anthocerotae, yaitu bentuk sel gametofit Musci bulat. Karena secara stuktur
morfologi sangat berbeda dari Hepaticeae dan Anthocerotae, maka sel penyusunnya
juga mempunyai bentuk yang berbeda.
6.
Gametofit
musci yang diamati adalah bagian batang Musci maka pada pengamatan terlihat
terdapat ruang kosong yang menunjukkan adanya jaringan pembuluh angkut.
7.
Gametofit
Musci berwarna hijau menunjukkan adanya kloroplas pada gametofit Musci, sehingga
dapat melakukan fotosintesis atau bersifat autotrof.
DAFTAR PUSTAKA
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung:
ITB.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Notji, A. 1981.Biologi Laut Nusantara. Jakarta:
Djambatan.
Prawirohartono, Slamet. 1989. Biologi. Jakarta:
Erlangga.
Soeratman. 1999. Penggelompokan Tumbuhan Bryophyta.
Jakarta: Erlangga.
Ariyanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar